Warlina, Lina (2008) Model Dampak Pencemaran untuk Penyusunan Kebijakan Pengendalian Dioksin/furan (Studi Kasus Industri Logam di Kawasan Cilegon). Doctoral thesis, Universitas Terbuka.
|
Text
40190.pdf - Published Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (6MB) | Preview |
Abstract
Peningkatan industri, selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak negatif, yaitu adanya pencemaran. Pencemaran udara dari industri logam diantaranya adalah dioksin/furan, yang merupakan salah satu senyawa golongan POP's (Persistent Organic Pollutans). Dioksin/furan akan berdampak pada mahluk hidup baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Pemerintah dalam hal ini belum member perhatian pada emisi dioksin/furan, terlihat dari belum adanya perangkat kebijakan untuk pengendalian emisi dioksin/furan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan alternatif kebijakan untuk pengendalian dioksin/furan dengan pendekatan sistem menggunakan model dinamik untuk melihat dampak pencemaran dioksin/furan pada lingkungan, sosial dan ekonomi. Secara khusus, penelitian bertujuan untuk memperoleh nilai emisi dan konsentrasi dioksin/furan ke udara yang berasal dari industri logam besi dan non besi; memperoleh tingkat dampak dari emisi dioksin/furan pada faktor sosial, ekonomi dan lingkungan dan memberi rekomendasi alternatif kebijakan dioksin/furan dari segi pengendalian pencemaran. Emisi diperkirakan dari perkalian antara faktor emisi dengan aktivitas industri. Nilai faktor emisi bergantung pada jenis teknologi. Untuk perhitungan konsentrasi, digunakan metode dispersi, yang pada perhitungannya selain bergantung pada kondisi fisik industri, misalnya tinggi cerobong, juga bergantung pada faktor meteorologi, yaitu kestabilan cuaca, temperatur, kecepatan angin serta arah angin. Berdasarkan simulasi system dynamics dapat diperkirakan dampak emisi pada faktor lingkungan, ekonomi dan sosial. Hasil perhitungan simulasi dinamik digunakan untuk masukan pada model alternatif kebijakan dengan menggunakan analisis multi kriteria (Multi Criteria Decision Analysis, MCDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi dioksin/furan di daerah penelitian telah mencapai 9,38-13,54 gTEQ per tahun untuk produksi sebesar 1,874-2,152 juta ton per tahun, dengan paparan per orang per hari telah mencapai 205,13-325,96 pgTEQ. Produksi dan emisi mempunyai hubungan yang linier, sedangkan hubungan antara emisi dan konsentrasi ambien mempunyai hubungan dengan persamaan pangkat tiga (model kubic). Tinggi cerobong dan jarak penyebaran sangat berpengaruh pada besarnya konsentrasi emisi yang diterima reseptor dengan hubungan yang linier. Jarak penyebaran hingga 50 km dari sumber, menyebabkan berkurangnya konsentrasi emisi sebesar 87,5%. Dampak emisi pada faktor lingkungan dikaji berdasarkan degradasi lingkungan atau penurunan kualitas udara, banyaknya emisi yang dilepaskan serta konsentrasi di ambien. Dampak tehadap faktor sosial dikaji berdasarkan potensi kasus kanker, kasus kematian dan social cost, sedangkan faktor ekonomi dikaji berdasarkan abatement cost, keuntungan industri, manfaat bersih, dan PV NetBen. Berdasarkan hasil simulasi, bila tidak ada kebijakan pengurangan emisi, akan terjadi peningkatan emisi sebesar 278% dari tahun 1995 hingga akhir tahun 2025, degradasi lingkungan udara mencapai 0,45-0,49; terjadi potensi kasus kanker sebanyak 1092 kasus, potensi kematian sebanyak 175 kasus, social cost sebesar Rp.5,86- 358,16 Milyar dan manfaat bersih sebesar Rp. 172,19-298,61 Milyar hingga tahun 2018, lalu mengalami penurunan kembali pada tahun 2019. Adanya pengurangan emisi 46,1% melalui introduksi perbaikan teknologi proses akan memberikan hasil yang signifikan pada dampak yang ditimbulkan, yaitu mengurangi penurunan kualitas udara sebesar 0,63-3,75%, konsentrasi ambien 5,61-80,01%, dan mengurangi kasus kanker dan kematian sebesar 69%. Social cost dan abatement cost jauh lebih kecil dari keuntungan bersih industri. Pengurangan emisi yang disertai dengan peningkatan produksi akan memberikan hasil yang lebih baik. Ada 3 skenario alternatif kebijakan yang digunakan sebagai pertimbangan, yaitu bila tidak melakukan apa-apa (alternatif Do Nothing), alternatif kebijakan berbasis lingkungan dan alternatif kebijakan berbasis ekonomi. Berdasarkan analisis multi kriteria, alternatif kebijakan yang terbaik adalah kebijakan berbasis lingkungan dibandingkan dengan Do Nothing dan kebijakan berbasis ekonomi. Implikasi dari adanya kebijakan pengurangan emisi tersebut yaitu, adanya penentuan standar emisi, konsentrasi ambient dan teknologi; adanya kebijakan jarak pemukiman terdekat serta tinggi cerobong. Best Available Technology (BAT) dan Best Environmental Practises (BAP) yang diusulkan pada Konvensi Stockholm secara signifikan dapat mengurangi dampak pencemaran yang diakibatkan emisi dioksin/furan. Kebijakan pengendalian dan pengurangan emisi dioksin/furan dapat dilakukan dengan sistem kebijakan Command and Control (CAC) dan Instrumen Ekonomi (IE). Pada CAC, dilakukan penentuan standar emisi, konsentrasi ambien serta teknologi yang digunakan, sedangkan untuk IE digunakan instrumen denda untuk industri yang melebihi ambang batas. Hasil dari pendapatan denda, dikembalikan pada kebutuhan untuk perbaikan lingkungan, misalnya untuk perbaikan sarana/prasarana atau teknologi. Pada pelaksanaannya, peran pemerintah merupakan hal yang utama. Koordinasi antar instansi sangat mendukung akan terlaksananya kebijakan ini.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Additional Information (ID): | 40190.pdf |
Uncontrolled Keywords: | Dioxin/furan, POP's, Emission factor, Dispersion, System dynamics |
Subjects: | 300 Social Science > 360-369 Social Problems and Services (Permasalahan dan Kesejahteraan Sosial) > 363.73 Pollution (Masalah Pencemaran Lingkungan, Polusi ) |
Divisions: | Thesis,Disertasi & Penelitian > Disertasi |
Depositing User: | CR Cherrie Rachman |
Date Deposited: | 18 Oct 2016 03:53 |
Last Modified: | 18 Oct 2016 03:53 |
URI: | http://repository.ut.ac.id/id/eprint/3024 |
Actions (login required)
View Item |