Yuliana, Ernik and Farida, Idha (2007) Persepsi Pengolah Ikan Asin Terhadap Keunggulan Kitosan Sebagai Bahan Pengawet Alami Pengganti Formalin. Project Report. Universitas Terbuka, Jakarta.
|
Text
81493.pdf Download (32MB) | Preview |
Abstract
Suseno dkk. (2005) dari lnstitut Pertanian Bogar (IPS) menemukan bahwa kitosan dapat digunakan sebagai bahan pengawet alami, pengganti formalin pada pembuatan ikan cucut asin. Tujuan penelitian ini adalah menjajaki persepsi pengolah ikan asin terhadap daya awet kitosan, tingkat kemudahan mendapatkan kitosan, kesediaan pengolah menggunakan kitosan, hubungan faktor internal dan faktor eksternal pengolah dengan persepsinya terhadap kitosan. Rancangan penelitian menggunakan metode eksploratori. Data dikumpulkan dengan metode survei. Populasi adalah semua pengolah ikan di PHPT Muara Angke, sampel diambil secara acak sebanyak 60 orang pengolah ikan. Data diolah dan dianalisis menggunakan statistika nonparametrik Rank Speannen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur pengolah ikan dominan pada kategori dewasa awal (20 - 35 tahun) dan dewasa tengah (36 – 50 tahun). Tingkat pendidikan dominan pada kategori rendah (tidak tamat sekolah dasar sampai tamat sekolah dasar). Pengalaman menjadi pengolah dominan pada kategori lama (lebih dari 15 tahun). Sebanyak 53,33% pengolah ikan pernah menggunakan bahan kimia (pemutih dan/atau formalin). Persepsi pengolah terhadap kebiasaan pengolah lain dalam menggunakan bahan kimia menunjukkan bahwa sebanyak 68,33% pengolah menganggap bahwa pengolah lain pernah menggunakan bahan kima (pemutih dan/atau formalin). Penjajakan persepsi pengolah ikan terhadap kitosan, menunjukkan bahwa sebanyak 81,66% pengolah ikan setuju dan sangat setuju bahwa produksi ikan asin memerlukan bahan pengawet yang aman bagi kesehatan. Sementara itu, sebanyak 56,67% pengolah ikan ragu-ragu bahwa kitosan adalah salah satu contoh pengawet alami, dan 75% pengolah ikan juga meragukan kemampuan kitosan dalam mengawetkan ikan asin setara dengan formalin. Sebagian besar pengolah ikan (80%) meragukan ketersediaan kitosan di toko obat atau apotek. Sebagian besar pengolah ikan (71,67%) juga menyatakan belum pernah membeli kitosan. Sementara itu, KUD Mina juga diragukan oleh pengolah ikan sebanyak 78,33% bahwa KUD tersebut menyediakan kitosan. Selanjutnya, pengolah ikan sebanyak 53,33% bersedia mencoba kitosan sebagai pengawet ikan asin. Sebagian besar pengolah ikan (81,66%) setuju dan sangat setuju bahwa diperfukan penyuluhan untuk mengenalkan kitosan lebih jauh kepada para pengolah. Mereka juga setuju dan sangat setuju (sebanyak 80,00%) bahwa diperlukan pelatihan untuk praktik penggunaan kitosan dalam produksi ikan asin. Hasil uji korelasi antara umur pengolah dengan persepsinya terhadap kitosan menunjukkan bahwa umur pengolah (X1) tidak berhubungan secara signifikan pad a a = 10% dan tidak berhubungan erat dengan persepsinya terhadap daya awet kitosan (Y1), tingkat kemudahan mendapatkan kitosan(Y2) dan kesediaan untuk menggunakan kitosan (Y3) Korelasi antara tingkat pendidikan pengolah dengan persepsinya terhadap kitosan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengolah ikan (X2) tidak berhubungan secara signifikan pad a a = 10% dan tidak berhubungan erat dengan persepsinya terhadap daya awet kitosan (Y1) dan tingkat kemudahan mendapatkan kitosan (Y2). Akan tetapi, tingkat pendidikan pengolah ikan (X2) berhubungan positif secara signifikan pad a a = 10%, tetapi hubungannya tidak erat (r mendekati 0) dengan tingkat kesediaan mereka untuk menggunakan kitosan (Y 3). Pengalaman menjadi pengolah (X3) tidak berhubungan secara signifikan pad a a = 10% dan tidak berhubungan erat dengan persepsinya terhadap daya awet kitosan (Y1), tingkat kemudahan mendapatkan kitosan (Y2) dan kesediaan untuk menggunakan kitosan (Y3). Hasil uji korelasi antara kebiasaan pengolah menggunakan bahan kimia menunjukkan bahwa kebiasaan pengolah menggunakan bahan kimia (X..) tidak berhubungan secara signifikan pad a a = 1 0% dan tidak berhubungan erat dengan persepsinya terhadap daya awet kitosan (Y1) dan tingkat kemudahan mendapatkan kitosan (Y2). Akan tetapi, kebiasaan pengolah ikan menggunakan bahan kimia (X..) berhubungan positif secara signifikan pad a a = 1%, tetapi hubungannya tidak erat (r kurang dari 0,5) dengan tingkat kesediaan mereka untuk menggunakan kitosan (Y 3). Kebiasaan pengolah lain dalam menggunakan bahan kimia (Xs) tidak berhubungan secara signifikan pad a a = 1 0% dan tidak berhubungan erat dengan persepsinya terhadap daya awet kitosan (Y1) dan tingkat kemudahan mendapatkan kitosan (Y2) . Akan tetapi, kebiasaan pengolah lain dalam menggunakan bahan kima (X5) berhubungan positif secara signifikan pada a = 5%, tetapi hubungannya tidak erat (r kurang dari 0,5).
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Additional Information (ID): | 08/81493 |
Uncontrolled Keywords: | BAHAN PENGAWET; PENGOLAHAN IKAN |
Subjects: | 600 Technology and Applied Sciences > 630-639 Agriculture and Related Technologies (Pertanian dan Teknologi yang Berkaitan) > 639.32 Fish Culture in Salt Water (Peternakan Ikan Air Asin dan Air Payau) |
Depositing User: | Praba UT |
Date Deposited: | 18 Oct 2016 07:10 |
Last Modified: | 26 Jun 2020 06:49 |
URI: | http://repository.ut.ac.id/id/eprint/3093 |
Actions (login required)
View Item |