Rejekiningrum, Popi (2014) Identifikasi Kekritisan Air untuk Perencanaan Penggunaan Air Agar Tercapai Ketahanan Air di DAS Bengawan Solo. In: Seminar Nasional FMIPA-UT 2014, 23 September 2014, Universitas Terbuka.
|
Text
fmipa2014_12.pdf Download (910kB) | Preview |
Abstract
Fakta menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan produksi air sungai dibeberapa DAS utama di Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh perubahan karakteristik DAS. Perubahan terbesar terjadi akibat alih fungsi lahan. Dengan perubahan karakteristik DAS dan peningkatan kebutuhan berbagai sektor (rumah tangga, pertanian, industri dan lingkungan) akan meningkatkan persaingan pemanfaatan sumberdaya air. Disisi lain perubahan iklim di wilayah Indonesia ditunjukkan dengan telah terjadi dampak terhadap ketersediaan air dengan terjadinya penurunan curah hujan tahunan pulau Jawa bagian selatan periode 1931‐1960 dan 1968‐1998 yang mencapai 1000 mm. Penurunan ketersediaan air dan peningkatan peningkatan kebutuhan air akan memicu peningkatan kekritisan air. Indeks kekritisan air (IKA) untuk pertanian dihitung melalui pendekatan aspek klimatologis menurut karakteristik lama masa tanam (LGP, length of growing period). Kriteria kekritisan ditetapkan menurut jenis tanaman padi dan palawija berdasarkan analisis neraca air lahan sawah yang dihitung pada kondisi masa tanam eksisting (1, 2 dan 3 kali tanam). IKA merupakan rasio antara total kebutuhan dengan ketersediaan air. Nilai IKA kurang dari 0,50 menunjukkan kondisi yang belum kritis, nilai IKA antara 0,50-0,75 mendekati kritis, nilai IKA antara 0,75-1,00 kritis, dan lebih dari 1,00 sangat kritis. Ketersediaan air ditentukan oleh kondisi neraca air yang direpresentasikan dalam komponen curah hujan, evapotranspirasi, aliran permukaan, perkolasi, dan simpanan air tanah. Sedangkan kebutuhan air ditentukan oleh kebutuhan air penduduk, kebutuhan air industri, dan kebutuhan air untuk pertanian. Hasil analisis IKA untuk saat ini di wilayah DAS Bengawan Solo menunjukkan bahwa telah terjadi indikasi mendekati kritis air untuk sekali tanam, dua kali tanam, dan tiga kali tanam dengan nilai rata-rata berturut-turut 49,3%-69,8%. Untuk proyeksi tahun 2030 nilai IKA untuk sekali tanam dan dua kali tanam mendekati kritis yaitu sebesar 62,8% dan 74,6, sedangkan untuk tiga kali tanam telah terjadi indikasi kritis dengan nilai IKA 90,1%. Terjadinya indikasi kritis air menuntut pengelolaan sumberdaya air yang lebih cermat, lebih hemat, dan lebih bijak. Selain itu perlu pengelolaan DAS secara terpadu, optimalisasi penggunaan air (menghidupkan budaya hemat air, efisiensi penggunaan air di jaringan irigasi dll).
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Additional Information (ID): | fmipa2014_12.pdf |
Uncontrolled Keywords: | sumber daya air, ketersediaan air, kebutuhan air, perubahan iklim, indeks kekritisan air |
Subjects: | 300 Social Science > 360-369 Social Problems and Services (Permasalahan dan Kesejahteraan Sosial) > 363.61 Water Supply (Persediaan Air) |
Divisions: | Prosiding Seminar UT > Seminar Nasional FMIPA-UT 2014 |
Depositing User: | Praba UT |
Date Deposited: | 01 Nov 2016 06:59 |
Last Modified: | 01 Nov 2016 06:59 |
URI: | http://repository.ut.ac.id/id/eprint/5026 |
Actions (login required)
View Item |