Generasi Muda Dan Kemitra Sejajaran Pria-Wanita

Wahyudi, Heri (2016) Generasi Muda Dan Kemitra Sejajaran Pria-Wanita. In: Indonesia Yang Berkeadilan Sosial Tanpa Diskriminasi, 19 Oktober 2016, UTCC.

[img]
Preview
Text
FISIP201601-13.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (898kB) | Preview

Abstract

Proses historis generasi ke generasi menyebabkan tiap-tiap generasi memiliki keinginan dan harapan berbeda hal ini wajar, karena perkembangan masyarakat menuntut pola berpikir dan bertindak dinamis. Beranjak dari sistem nilai yang ada, maka perbedaan tersebut tidak perlu, sebab ada tata nilai yang merupakan kesepakatan bersama yaitu Pancasila. Namun demikian untuk mencegah agar jangan terjadi pergesekan antara generasi muda maka hendaknya generasi pendahulu rela untuk diganti dengan cara mempersiapkan generasi muda penerusnya sedemikian rupa, yang sadar akan tugas dan tanggung jawab, berpandangan jauh ke depan, bersikap realistis tanpa meninggalkan idealisme perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Karena itu landasan pembinaan dan pengembangan pemuda harus dilihat sebagai investasi manusia dalam arahan pembangunan bangsa yang didasarkan atas gagasan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya diseluruh sektor kehidupan. Pertanyaan mendasar adalah sampai dimanakah atau manakah batasan konsep kemitrasejajaran antara pria dan wanita? Apakah seluruh aspek kehidupan diartikan harus sejajar, dengan artian tidak memperhatikan kodrat, harkat wanita? Adakah batasan yang jelas? Ataukah batasan itu sendiri berkembang sesuai dengan perkembangan zaman? Apakah acuan yang dipakai untuk membatasi kemitrasejajaran itu? Benang merah yang dapat ditarik bahwa Perencanaan Nasional kemitrasejajaran harus benar-benar memperhatikan ketentuan yang berlaku, tidak saja kepada ketentuan sistem nilai dari bangsa Indonesia tetapi juga dari ketentuan agama. Mana yang lebih didahulukan? Tentu saja ketentauan agama. Mengapa? Karena manusia hidup hanya “sekedar mampir”. Manusia hidup adalah untuk mencari keselamatan, bukan kekacauan. Apa jadinya bila tatanan yang ditentukan Allah dilanggar manusia, hanya karena manusia ingin mengatasnamakan akalnya, dimana akal itu sendiri diciptakan oleh Allah SWT yang artinya nilainya lebih rendah dari ketentuan Allah. Beranjak dari sini, konsep kemitrasejajaran sebaiknya disederhanakan yaitu hanya kemitraan. Ini artinya kita mengakui bahwa di antara pria dan wanita terdapat perbedaan. Tetapi ini bukan lantas dijadikan pembenaran bahwa kaum wanita bisa seenaknya dijadikan obyek pembangunan.

Item Type: Conference or Workshop Item (Paper)
Additional Information (ID): FISIP201601-13.pdf
Uncontrolled Keywords: generasi muda, kemitra sejajaran, pembangunan
Subjects: 300 Social Science > 300-309 Sociology and Anthropology (Sosiologi dan Antropologi) > 305.3 Gender (Jenis Kelamin)
Divisions: Prosiding Seminar > Seminar Nasional FHISIP-UT 2016
Depositing User: CR Cherrie Rachman
Date Deposited: 15 Feb 2019 07:19
Last Modified: 15 Feb 2019 07:19
URI: http://repository.ut.ac.id/id/eprint/7994

Actions (login required)

View Item View Item