Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika, Kekhawatiran Tes Matematika Dan Locus Of Control Tentang Matematika Dengan Ketidakwajaran Jawaban Siswa Pada Tes Hasil Belajar Matematika Pada Sekolah Menengah Atas Di Wilayah DKI Jakarta

Simanungkalit, Alfred (1987) Hubungan Antara Sikap Terhadap Matematika, Kekhawatiran Tes Matematika Dan Locus Of Control Tentang Matematika Dengan Ketidakwajaran Jawaban Siswa Pada Tes Hasil Belajar Matematika Pada Sekolah Menengah Atas Di Wilayah DKI Jakarta. Doctoral thesis, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta.

Preview

Text 40036.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (77MB) | Preview

Abstract

Pada tes hasil belajar matematika tidak jarang terjadi seorang atau sekelompok siswa dapat menjawab benarbutir-butir soal yang relatif sulit tetapi menjawab salah butir soal yang relatif mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ketidakwajaran seperti ini ada hubungannya dengan sikap siswa terhadap matematika, kekhawatiran tes matematika dan locus of control tcntang matematika. Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta pada lima SMA Negeri, masing-masing satu SMA Negeri dari tiap wilayah kota yang ada. Penelitian ini melibatkan 229 orang siswa dari jalur A1 dan 209 orang siswa dari jalur A3 . Metode penelitian adalah metode survai yang bersifat korelasional. Ada empat instrumen yang digunakan. Tes Hasil belajar terdiri dari 50 butir soal yang mengukur hanya ranah (domain) kognitif. Tiga lainnya a"dalah Skaia Sikap Terhadap Matematika, Skala Kekhawatiran Tes Matematika dan Skala Focus of Control Tentang Matematika.Tiap instrument terdiri dari 25 butir pertanyaan berskala 1 sampai dengan 4 sehingga rentangan skor yang mungkin adalah antara 25 dan 100. Teknik analisis statistik yang dipakai adalah Analisis Regresi Linier Multipel. Penelitian menyimpulkan bahwa, baik untuk kelompok siswa A1 maupun untuk kelompok siswa A3, tingkat ketidakwajaran jawaban siswa Y (Y = 19,78 ; sy= 7, 70 dan Y = 20,98: sy= 7,85) mempunyai hubungan pegitif dengan sikap terhadap matematika x1 <X1 = 83,35 ; sx1= 6,11 dan x1 = 79,45 ; sx1= 7,55) dan dengan locus of control tentang matematika x3 (X3 = 70,84 ; SX3= 6,84 dan x3 = 69,16 ; sx3= 7,58) dan hubungan positif dengan kekhawatiran tes matematika x2 (x 2 = 51,09 ; sx2 = 11,41 dan x2 = 55,29 ; sx2 = 10,30). Penelitian juga menyimpulkan bahwa untuk siswa A1 sekitar 12 % variasi yang terjadi pada tingkat ketidakwajaran jawaban siswa adalah ditentukan oleh sikap terhadap matematika, kekhawatiran tes matematika dan locus of control tentang matematika sedang untuk siswa A3 variasi yang disebabkan oleh ketiga variabel bebas hanya sekitar 7 %. Selanjutnya juga disimpulkan bahwa tingkat ketidakwajaran jawaban siswa untuk siswa A1 dapat diramalkan dari ketiga variabel bebas sedang untuk siswa A3 cukup diramalkan dari variabel bebas x1 dan x2. Usaha peningkatan mutu pengetahuan matematika siswa tidak cukup hanya menaikkan skor siswa pada tes tetapi juga meningkatkan kesahihan (validitas) skor sebagai ukuran pengetahuan matematika yang dimiliki siswa. Usaha ini akan berhasil jika siswa secara aktif ikut juga terlibat dalam usaha peningkatan mutu ini. Siswa perlu mendapat bimbingan sedemikian sehingga siswa dapat meningkatkan sikap positifnya terhadap matematika, mengurangi kekhawatirannya pada tes matematika dan meningkatkan rasa tanggungjawabnya atas kegiatan belajar serta hasil yang diperolehnya. Usaha ini akan dapat berhasil dengan baik jika guru lebih mengenal kelemahan dan kekuatan siswa yang diajarnya dan tingkat ketidakwajaran jawaban seperti yang diuraikan dalam penelitian ini dapat merupakan alat ovaluasi yang bermanfaat untuk tujuan tersebut.

Actions (login required)

View Item