Penyebaran dan Arus Murid Sekolah Menengah sebagai Fungsi Prestasi Akademi dan Status Sosial-Ekonomi

Munandir, (1973) Penyebaran dan Arus Murid Sekolah Menengah sebagai Fungsi Prestasi Akademi dan Status Sosial-Ekonomi. Doctoral thesis, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.

[img]
Preview
Text
40041.pdf

Download (12MB) | Preview

Abstract

Sistim organisasi persekolahan menengah kita sebagaimana berlaku sampai pada waktu ini menghadapkan anak maupun orangtua kepada situasi pilihan yang kompleks. Di samping itu, sistim penerimaan murid yang berlaku di sekolah-sekolah, banyaknya kasus-kasus gugur, kenyataan tentang "nasib" para tamatan sekolah menengah umumnya pada waktu akhir-akhir ini diduga sedikit banyaknya telah mempengaruhi pandangan maupun penilaian kalangan orangtua mengenai sekolah serta kegunaan bersekolah. Kekompleksan situasi menjadi bertambah-tambah oleh tidak nampak adanya bentuk-bentuk campurta.ngan pemerintah, maupun sekolah sendiri,dalam proses pamilihan pekerjaan dan pemilihan sekolah sambungan oleh anak. Mengenai yang menyangkut sekolah, tidak adanya campurtangan itu menunjuk kepada belum berjalannya program bimbingan di sekolah-sekolah negeri kita pada umumnya. Pokok persoalan dalam penelitian ini berhubungan dengan tidak nampak adanKa titik-titik pertemuan antara pemerintah sebagai fihak yang “punya sekolah" dengan segala pengertiannya tentang tujuan, fungsi, dan ciri-ciri yang dilekatkannya pada berbagai jenis sekolah menengah yang ada dan orangtua sebagai fihak “ yang punya anak/calon murid" dengan segala aspirasi pendidikannya, persepsinya tentang sekolah, dan kemampuan sosialekonominya. Dari arah penyorotan terhadap persoalan itulah penelitian ini berusaha menyelidiki penyebaran dan arus murid-murid di berbagai jenis sekolah menengah. Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pola penyebaran serta arus murid-murid tamatan sekolah dasar (SD) di berbagai jenis sekolah lanjutan tingkat pertama (SLP) dan pola penyebaran serta arus murid-murid tamatan SLP di berbagai jenis sekolah lanjutan tingkat atas (SLA), kedua-duanya dalam hubungan dengan prestasi akademi anak dan status social ekonomi orangtuanya. Dengan pola arus di sini diartikan sebagai pola kemajuan sekolah murid selama tiga tahun semenjak diterima di SLP atau SLA sampel, yaitu lulus ujian penghabisan, tidak lulus ujian penghabisan, tidak naik kelas, dan gugur dari sekolah. Sampel penelitian ini terdiri atas 444 orang murid SLP Dan 497 orang murid SLA, masing-masing bersama orangtuanya. Murid-murid sampel yang semuanya berjumlah 941 orang itu ialah mereka yang pada tahun 1969 diterb1a di kelas satu pada 16 buah sekolah tingkat SLP dan 18 buah sekolah tingkat SLA di kota-kota Lamongan, Nganjuk, Jombang, Bondowo3o, Malang, dan Surabaya,semuanya adalah kota-kota di dalam daerah propinsi Jawa Timur. Dua buah kota yang disebut paling belakang dianggap merupakan kota-kota besar, sedangkan kota-kota selebihnya dianggap sebagai kota-kota kecil. Kecuali dua buah, sekolah-sekolah itu adalah sekolah negeri. Dari murid-murid diperoleh data pokok berupa prestasi mereka dalam tiga mataujian ujian penghabisan di sekolah asal; untuk sampel SLP, bahasa Indonesia, berhitung,dan pengetahuan umum; untuk sampel SLA, bahasa Indonesia, aljabar,dHn kewargaan negara. Dari para orangtua diperoleh data berupa status sosial~ekonomi mereka yang ditetapkan atas dasar dimensi produktif, yaitu pendidikan, pekerjaan, kekayaan, dan penghasilan. Sebagai variabel-variabel peramal, kedudukan social-ekonomi orangtua dan prestasi akademi murid masing-masing dicari hubungannya dengan variabel-variabel kriterium, yaitu pilihan orangtua anak akan jenis-jenis SLP-SLA dan kemajuan sekolah murid di sekolah menengah yang ditelitio Di samping perangkat hubungan vaiabel-variabel itu, dalam penyelidikan arus kemajuan sekolah murid maka prestasi akademi juga dilihat sebagai variabel kriterimn terhadap status sosial-ekonomi yang ditetapkan scbngai variabel peramal. Mengenai yang tersebut terakhir ini, penetapan hu·Jungan variabel itu juga dalam rangka menjawab pertanyaan yang sama akan tetapi yang lebih umum sifatnya, yaitu apaks.h ada dan bagaimana hubungan antara “kelas"sosial dan prestasi belajar di sekolah. Sebuah daftar pertanyaan wawancara dipergunakan untuk mengumpulkan data mengenai orangtua; ia merupakan adaptasi dari skejul wawancara yang dipergunakan dalam Survey Nasional Pendidikan, Proyek Penilaian Nasional Pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Daftar itu memuat pertanyaan-pertanyaan pokok tentang pandidikan, pekerjaan, kekayaan, penghasilan,dan pangeluaran belanja orangtua. Pelaksanaan wawancara di rumah responden memungkinkan dilakukannya juga observasi terhadap rumah dan lingkungan sekitarnya; ini berguna untuk melengkapi keterangan yang diperoleh mengenai kakayaan orangtua. Sebuah daftar keterangan murid merupakan instrumen pengumpul data yang lain dan memuat pokok-pokok, antara lain,tentang angka nilai hasil ujian penghabisan murid, asal sekolah, dan kemajuan sekolahnya. Dengan menggunakan sebuah skala taraf sosial-ekonomi ditentukan skor-skor orangtua dalam pendidikannya, pekerjaannya,kekayaannya, dan penghasilannyao Skor tertinggi ialah 4 dan skor terendah ialah 1. Keempat skor itu digabungkan, dengan jalan merata-ratakan, sehingga untuk setiap orangtua pada akhirnya hanya diperoleh satu skor saja; skor ini disebut skor taraf sosial-ekonomi. Satu analisa pendahuluan dengan menggunakan teknik regresi multipel dan chi-kwadrat telah dilakukan untuk membuktikan bahwa penggabungan dengan jalan merata-ratakan tanpa pemberatan diferensiil itu dapat dipertanggungjawabkan secara statistika. Di samping juga karena alasan kemudahan, cara penggabungan tanpa pemberatan itu memberikan distribusi sampel atas dasar sosial-ekonomi yang nampaknya lebih sesuai dengan kenyataan susunan masarakat kita pada waktu ini daripada distribusi sampel yang diperoleh dari skor-skor sosial-ekonomi yang memperhitungkan berat diferensial. Mengenai data murid,skor-skor yang dipergunakan dalam perhitungan-perhitungan tiga mataujian yang sudah disebutkan di atas. Dalam pengolahan data untuk menyelidiki hubungan antar variabel telah ditempuh sejumlah pendekatan statistik. Analisa korelasi dilakukan dalam rangka mengungkapkan hubungan antara latarbelakang sosial-ekonomi dan prestasi belajar. Disamping itu, ia dilakukan juga dalam rangka analisa regresi multipel yang telah disebut di atas, yaitu yang bertujuan untuk menentukan berat regresi masing-masing variabel komponen status sosial-ekonomi Analisa varians dilakukan untuk menguji perbedaan harga-harga mean angkanilai ujian murid-murid berbagai jenis sekolah SLP dan SLA dalam rangka penyelidikan pola penyebaran berdasarkan prestasi belajar. Komplementer dengan teknik ini dilakukan tes z dan tes t untuk memperjelas kesimpulan-kesimpulan yang berhasil ditarik dari penggunaan analisa varians. Telmik pengujian chi kwadrat ialah metoda umum untuk menyelidiki bermacam-macam hubungan : (i) status sosial-ekonomi dengan kemajuan sekolah, (ii) status sosialekonomi dengan pilihan sekolah, (iii) status sosial-ekonomi dengan prestasi belajar. Dalam keadaan yang di situ teknik pengujian chi-kwadrat tidak boleh dipergunakan maka dipakai Fisher exact probability test. Sejumlah kesimpulan berhasil ditarik dari hasil perhitungan- perhitungan dan analisa-analisa itu. Kecuali dalam satu hal, kesimpulan-kesimpulan itu cocok dengan yang diramalkan. Pertamaa, secara umum, baik di SLP maupun di SLA terdapat penyebaran yang tidak merata dalam hal prestasi belajar murid-murid. Artinya, dijumpai perbedaan yang berarti secara sbatistik dalam hal prestasi belajar anak-anak tamatan SD yang diterima masuk di berbagai jenis SLP dan dalam prestasi belajar anak-anak tamatan SLP yang diterima masuk di berbagai jenis SLA.Kesimpulan umum ini berlaku juga apabila diperhatikan variabel jenis kelamin murid apabila, khususnya untuk sampel SLP, diperhatikan prestasi dalam tiga matapelajaran secara Kedua, SMP dan SMA ditemukan sebagai jenis-jenis sekolah tempat berhimpunnya murid-murid yang berprestasi belajar relatif tinggi, sedangkan jenis- jenis sekolah teknik-kejuruan didapatkan sebagai tempat berhimpunnya murid-murid yang kurang tinggi prestasi belajar sekolahnya. Jadi terdapat semacam pengutupan dalam soal kemampuan sekolah sebagaimana dinyatakan dalam prestasi belajar : kutub kemampuan tinggi di SMP-SMA dan kutub kemampuan kurang tinggi di sekolah-sekolah teknik-kejuruan. Dalam soal pengutuban ini berlaku juga hal yang serupa, yaitu apabila diperhatikan variabel jenis kelamin murid dan apabila, khususnya untuk sampel SLP, diperhatikan matapelajaran komponen secara sendiri-sendiri. Ketiga, baik di tingkat SLP maupun di tingkat SLA diperoleh bukti-bukti bahwa terdapat perbedaan dalam hal status sosial-ekonomi orangtua murid-murid yang diterima masuk di berbagai jenis sekolah menengah. Dalam hal ini, SMP dan SMA ditemukan sebagai tempat berhimpunnya anak-anak dari kalangan keluarga yang mampu secara sosial-ekonomi, sedangkan sekolah-sekolah teknik-kejuruan, kecuali nampaknya SKKA, merupakan jenis-jenis sekolah tempat berkumpulnya anak-anak yang berasal dari koluarga yang secara sosial-ekonomi kurang mampu. Keempat, berlawanan dengan yang semula diramalkan, tidak diperoleh bukti-bukti tentang adanya pola tertentu yang pasti mengenai hubungan antara prestasi belajar di sekolah asal dan kemajuan sekolahnya di sekolah sampel. Di semua jenis sekolah tingkat SLP tidak dijumpai adanya hubungan yang berarti, di SMA ada hubungan yang berarti, akan tetapi di keempat jenis sekolah tingkat SLA selebihnya pada umumnya hubungan itu tidak berarti. Data yang ada tidak memungkinkan untuk dilakukan penafsiran lebih jauh apa arti penemuan-penemuan ini. Kelima, bukti-bukti tentang adanya hubungan yang berarti antara latarbelakang sosial-ekonomi dan kelangsungan bersekolah dijumpai di SMP dan SMA. Di sekolah-sekolah teknik dan kejuruan,kecuali SMEP, tidak diperoleh adanya buKti-bukti hubungan yang demikian itu. Kejadian ini diduga ada pertaliannya dengan susunan sosial murid-murid sekolah menengah dan dengan pengertiannan/ orangtua mengenai ciri masing-masing jenis sekolah yang Dimasukinya. Keenam,,baik di tingkat SLP maupun di tingkat SLA diperoleh bukti-bukti bahwa tidak ada hubungan yang berarti antara status sosial-ekonomi dan prestasi akademi. Kesimpulan ini berlaku pada murid-murid secara umum maupun pada murid-murid yang kalak tamat belajar·, tidak tamat belajar, tidak naik kelas, dan gugur sekolah, Korelasi antara keduanya didapati sebesar 0, 225, yang menyatakan hubungan yang rendah saja. Penemuan ini sejalan dengan kecenderungan umum penemuan penelitian-penelitian mengenai hal yang sama di sejumlah negara lain. Penemuan-penemuan penelitian ini mengimplikasikan sejumlah hal yang mempunyai arti penting, terutama sekali dalam bidang bimbingan. Mereka menyarankan pentingnya program bimbingan dan konseling di skolah-sekolah menengah; yang bersifat sentral di antaranya ialah pentingnya program layanan untuk panyaluran bakat dan penempatan murid-murid dalam kegiatan-kegiatan kurikuler serta program-program Sekolah yang sesuai. Mereka mengetengahkan juga suatu masalah yang sangat meminta perhatian karena ia menyangkut soal keampuhan sistim pandidikan menengah di Indonesia.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Additional Information (ID): 40041.pdf
Uncontrolled Keywords: Sekolah lanjutan pertama, SLTP,Sekolah Menengah Atas, SMA,Bimbingan dan konseling,
Subjects: 300 Social Science > 370-379 Education (Pendidikan) > 371.4 Student Guidance and Counseling (Bimbingan Siswa dan Penyuluhan, Konseling Sekolah)
300 Social Science > 370-379 Education (Pendidikan) > 373.236 Lower Level Secondary School (Sekolah Menengah Pertama, SMP)
300 Social Science > 370-379 Education (Pendidikan) > 373.238 Upper Level Secondary School (Sekolah Menengah Atas, SMA)
Divisions: Thesis,Disertasi & Penelitian > Disertasi
Depositing User: CR Cherrie Rachman
Date Deposited: 01 Feb 2017 03:05
Last Modified: 22 Feb 2019 07:46
URI: http://repository.ut.ac.id/id/eprint/6348

Actions (login required)

View Item View Item