Konservasi Bintangur (Calophyllum spp) Melalui Pemanfaatan Berkelanjutan Di Batam

Yuliastrin, Adisti (2012) Konservasi Bintangur (Calophyllum spp) Melalui Pemanfaatan Berkelanjutan Di Batam. Masters thesis, Universitas Jenderal Sudirman.

[img]
Preview
Text
40994.pdf

Download (3MB) | Preview

Abstract

Adisti Yuliastrin, Program Studi Ilmu Biologi, Program Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman. Konservasi Bintangur (Calophyllum spp.) melalui Pemanfaatan Berkelanjutan di Batam. Pembimbing: Dr. Eming Sudiana,M.Si. dan Dr.rer.nat. Imam Widhiono,M. Z., M.S. Bintangur (Calophyllum spp.) merupakan tumbuhan khas yang ada di Batam. Bintangur dikenal juga dengan sebutan nyamplung pada beberapa daerah di Jawa dan bentangur sebutan oleh masyarakat di Kalimantan. Bintangur tumbuh di kawasan pantai sampai daerah dataran tinggi dengan ketinggian 0 – 300 m dpl. Batam berada pada ketinggian 160 m dpl dan memiliki kondisi geografis yang sesuai dengan kebutuhan bintangur.Tumbuhan ini memiliki potensi ekonomi dan ekologi yang beragam. Bintangur yang tumbuh di tepi pantai dapat menghalangi kencangnya angin laut dan menahan abrasi pantai. Potensi ekonomi yang belum tergali dengan baik adalah ditemukan beberapa jenis bintangur yang diduga berpotensi sebagai obat HIV/AIDS dan mengandung bahan aktif antikanker. Bintangur tersebut adalah bintangur batu (C. lanigerum), bintangur kapur (C. canum) dan bintangur air (C. dioscorii). Beberapa jenis bintangur menurut IUCN Redlist, 2011 termasuk dalam spesies yang berada pada status terancam punah (endangered) dan penetapan status ini menjadi perhatian Pemerintah dengan keluarnya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 57 Tahun 2008 tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018 yang di dalamnya terdapat penjelasan tentang upaya-upaya strategis untuk konservasi bintangur. Perkembangan Kota Batam saat ini membutuhkan semakin banyak lahan untuk areal industri, niaga dan kawasan pemukiman. Kebutuhan ini sesuai dengan tujuan pengembangan Kota Batam yang secara khusus dirancang untuk industri, alih kapal dan pariwisata karena Batam terletak di wilayah pengembangan wilayah Singapura – Johor – Riau (SIJORI). Perkembangan kota ini menyebabkan peningkatan kebutuhan perumahan sebagai salah satu kebutuhan pokok.Tingginya angka kebutuhan lahan ini turut mendesak keberadaan hutan lindung yang merupakan habitat bintangur, sehingga mendorong terjadinya konversi hutan lindung. Konversi hutan lindung yang terjadi juga disertai dengan tindak penjarahan hasil hutan walau tidak dalam jumlah yang besar. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui kondisi populasi bintangur di Batam meliputi densitas, dominansi, dan frekuensi dan menyusun strategi konservasi bintangur melalui pemanfaatan berkelanjutan di Batam. Penyusunan strategi konsevasi ini dilakukan berdasarkan hasil observasi di lapangan. Penelitian ini dilakukan melalui metode surveiyang menerapkan teknik pengambilan sampel secara pengelompokan/gugus (cluster sampling) berdasarkan kegiatan sosial ekonomi di sekitar hutan lindung yang diduga mempengaruhi hutan lindung. Parameter yang diamati meliputi densitas, dominansi dan frekuensi berdasarkan struktur umur meliputi semai (seedling), pancang (sapling), tiang (pole) dan pohon (tree).Lokasi pengambilan sampel dilakukan di kawasan hutan lindung di Batam. Kawasan hutan lindung tersebut adalah Hutan Lindung Bukit Tiban (Kecamatan Batuaji dan Sekupang), Hutan Lindung Batu Ampar III (Kecamatan Batam Kota) dan Hutan Lindung Sei Tembesi (Kecamatan Sagulung). Hasil penelitian ini diketahui bahwa populasi bintangur di hutan lindung yang ada di Batam berada pada jumlah kecil dan terfragmentasi karena hutan lindung sebagai habitat bintangur mengalami konversi lahan. Kawasan Hutan lindung Batu Ampar III saat ini sudah tidak merupakan hutan lagi. Kawasan hutan lindung ini sudah berubah menjadi hamparan lahan terbuka. Sementara itu populasi bintangur di Hutan Lindung Bukit Tiban dan Sei Tembesi, walau masih dapat ditemukan namun berada dalam populasi kecil dan stadia pertumbuhan yang tidak lengkap. Hutan Lindung Bukit Tiban dan Sei Tembesi juga mengalami ancaman dari upaya perambahan dan penjarahan hasil hutan serta bencana alam. Upaya perlindungan hutan dengan status Hutan Lindung tidak serta merta mensterilkan kawasan hutan dari tindakan yang merugikan dan mengancam kelestarian bintangur sebagai tumbuhan khas. Berdasarkan fakta di lapangan maka dirumuskan suatu strategi konservasi bintanguryaitu “Menjadikan bintangur sebagai tumbuhan khas Batam yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) disertai upaya pelestarian bintangur melalui kegiatan-kegiatan tertentu untuk meningkatkan kesadaran berbagai pihak dalam upaya pelestarian salah satu SDA hayati yang potensial.

Item Type: Thesis (Masters)
Additional Information (ID): 13/40994.pdf
Uncontrolled Keywords: konservasi, obat HIV/AIDS, program pelestarian tanaman, upaya-upaya strategis, conservation, HIV / AIDS drugs, plant conservation program, strategic efforts.
Subjects: 500 Natural Science and Mathematics > 570-579 Biology (Biologi, Ilmu Hayat) > 570 Biology (Biologi, Ilmu Hayat)
500 Natural Science and Mathematics > 570-579 Biology (Biologi, Ilmu Hayat) > 570.7 Education, Research, Related Topics of Biology (Pendidikan, Riset dan Topik Terkait di Bidang Biologi)
600 Technology and Applied Sciences > 630-639 Agriculture and Related Technologies (Pertanian dan Teknologi yang Berkaitan) > 639.99 Plant Conservation (Konservasi Tumbuhan, Konservasi Tanaman)
Divisions: Thesis,Disertasi & Penelitian > Tesis - Karya Dosen UT
Depositing User: CR Cherrie Rachman
Date Deposited: 19 May 2016 07:57
Last Modified: 19 May 2016 07:57
URI: http://repository.ut.ac.id/id/eprint/203

Actions (login required)

View Item View Item