Damanik, Hernawaty and Pandapotan, Sihar and Pramuki, B. Esti (2001) Keserasian Sosial Pada Daerah Pemukiman di Kodya Medan. Project Report. Universitas Terbuka, Jakarta.
|
Text
81343.pdf Download (33MB) | Preview |
Abstract
Kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa mempunyai cara hidup, kebiasaan, adat istiadat, sistem kepercayaan, dan kebudayaan yang berbeda dan secara vertikal adanya perbedaan stratifikasi sosial mengakibatkan bentuk interaksi sosial seringkali bersifat kompleks, sehingga peluang terjadinya benturan antarkelompok, gejolak sosial, dan polarisasi cukup besar. Membicarakan masalah keserasian sosial tidak dapat dipisahkan dari konflik yang terjadi dalarn rnasyarakat. Tingkat keserasian sosial rnasyarakat penghuni suatu pemukiman tidaklah sama, sebab pada setiap pemukiman rnernpunyai Jatar belakang, struktur dan zona yang berbeda. Pada umumnya konflik tetjadi karena adanya ketidakseimbangan dan ketidakstabilan keadaan di masyarakat yang diakibatkan adanya dinarnika dan perubahan dalarn masyarakat itu sendiri. Karena keserasian sosial sangat penting bagi masyarakat, perlu diketahui potensi masalah dan konflik-konflik yang tetjadi di suatu daerah pemukiman. Dengan demikian kita dapat memberikan konstribusi penyelesaiannya dan rnengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya konflik yang lebih besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (I) Tingkat keserasian sosial pada daerah pemukiman di Kodya Medan~ (2) Bentuk-bentuk konflik yang tetjadi pada daerah pemukiman di Kodya Medan~ (3) Faktor-faktor penyebab tetjadinya ketidakserasian sosialfkonflik pada suatu daerah pemukiman ~ dan ( 4) Model penyelesaian suatu konflik pada daerah pemukiman. Penelitian dilakukan di tiga lokasi pemukiman, yaitu : Kelurahan Polonia - Kecamatan Medan Polonia, Kelurahan Tegal Sari I - Kecamatan Medan Area, dan Kelurahan Lalang - Kecamatan Medan Sunggal. Populasi penelitian ini adalah warga masyarakat yang berada di tiga lokasi pemukiman. Dan yang menjadi sampel penelitian adalah kepala rumah tangga yang terdiri dari berbagai lapisan sosial ekonorni dari berbagai macam profesi seta tokoh masyarakat. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Alat pengumpul data yang digunakan adalah instrumen dalam bentuk angket, pedoman wawancara mendalam, dan pedoman observasi. Hasil penelitian adalah sebagai berikut : Secara umum ketiga lokasi penelitian telah lama terbentuk, melalui kurun wak:tu yang cukup lama masyarakat telah berbaur, saling berinteraksi, menetap dalam satu komunitas bersama dan telah berintegrasi secara penuh. Dan sebagai anggota masyarakat para warga tidak memandang perbedaan suku dan agama saat ini ia berinteraksi dalam pergaulan sehari-hari terlihat adanya keakraban, kebersamaan melalui sikap tolong-menolong, saling mengunjungi mengucapkan selamat dan menghadiri acara-acara perayaan, gotong-royong, siskamling dan adanya Serikat Tolong Menolong (STM). Bentuk konflik yang terjadi ada yang bersifat laten (tersembunyi) dan terbuka. Konflik yang bersifat laten seperti masih adanya sikap curiga, berprasangka negatif, kurang terbuka, dan kecemburuan sosial. Warga masyarakat etnis Cina masih belum berbaur secara akrab dengan warga etnis lainnya, mereka masih bersifat tertutup dan mengucil (segregatif), serta partisipasi aktif dalam gotong-royong dan siskamling masih rendah dan tugas kebersamaan ini selalu mereka ganti/kompensasi dengan uang. Walaupun demikian saat konflik missal Mei 1998, warga setempat tidak menunjukkan sikap permusuhan, dan adanya pengrusakan ruko-ruko bukanlah dilakukan penduduk setempat melainkan oleh para demonstran yang melewati daerah tersebut. Konflik terbuka terjadi di kalangan para pemuda baik individu maupun antar Organisasi Kepemudaan (OKP) dan antar organisasi politik saat menjelang Pemilu 1999. Faktor penyebab konflik adalah masalah generast muda, ekonomi/kemiskinan, kejahatan/kriminal, dan lingkungan. Konflik antar OKP disebabkan perebutan lahan penjagaan keamanan dan perparkiran. Antara tahun 1995 - 2000 terjadi pasang surut pertikaian antar OKP yaitu Pemuda Pancasila (PP) dengan Ikatan Pemuda Karya (IPK) yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, pengrusakan rumah penduduk dan penjarahan isi rumah. Konflik paling parah terjadi di Kelurahan Polonia- terkenal dengan "Peristiwa Panah Beracun", kemudian Kelurahan Tegal Sari I dan terakhir Kelurahan Lalang. Di Kelurahan mLalang tidak terjadi konflik antar OKP karena para anggota kedua OKP yang bertikai sebagian masih mempunyai hubungan famili. Ada tiga model penyelesaian konflik yang ditempuh yaitu Konsi/iasi, Mediasi dan Arbitrasi. Dalam mewujudkan keserasian sosial pembinaan aparat kelurahan dan keamanan seperti BABINSA (Koramil) dan Kepolisian turut berperan di ketiga lokasi penelitian.
Item Type: | Monograph (Project Report) |
---|---|
Additional Information (ID): | 06/81343 |
Uncontrolled Keywords: | Lingkungan Sosial |
Subjects: | 300 Social Science > 300-309 Sociology and Anthropology (Sosiologi dan Antropologi) 300 Social Science > 300-309 Sociology and Anthropology (Sosiologi dan Antropologi) > 302 Social Interaction, Interpersonal Relations (Interaksi Sosial, Hubungan Antarpersonal) |
Divisions: | Thesis,Disertasi & Penelitian > Penelitian |
Depositing User: | Praba UT |
Date Deposited: | 17 Oct 2016 03:13 |
Last Modified: | 01 Aug 2019 02:45 |
URI: | http://repository.ut.ac.id/id/eprint/2785 |
Actions (login required)
View Item |