Prastya, Agus (2016) Konflik Kekerasan Antara Pendekar Silat Dalam Perspektif Sosiologi (Studi Konflik antar Pendekar Silat di wilayah Madiun). In: Indonesia Yang Berkeadilan Sosial Tanpa Diskriminasi, 19 Oktober 2016, UTCC.
|
Text
FISIP201601-8.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (793kB) | Preview |
Abstract
Kasus perkelahian antar perguruan silat yang dimotori oleh persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Setia Hati Winongo atau disebut STK(Sedulur Tunggal Kecer) di Madiun akhir-akhir ini sangat marak dan melibatkan massa pedukung secara massif, disertai pengrusakan dan jatuh korban. Konflik tersebut berakar dari perbedaan penafsiran dan klaim kebenaran tentang idiologi ke SH an yang merambat hampir seluruh wilayah Madiun. Arkelogi kekerasan dan ketidaknyamanan aparat dalam menghadapi konflik kekerasan antar pesilat, keduanya tidak lepas dari setting sejarah yang melatar belakanginya. Penelitian ini bertujuan mencari solusi pemecahan tentang konflik kekerasan antara pesilat yang terjadi setiap saat, baik pada 1 Syuro’ maupun pada peringatan hari penting setiap tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan pengambilan data menggunakan, cara Indepth observasi, Indepth interview, dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan teori Miles and Hubermarn, melalui tahap sbb, collection data, Redunction data, Display data dan Concluition/ verivying. Melihat latar belakang yang terjadi yakni konflik identitas yang mana keduanya saling mengklaim kebenaran masing-masing . Klaim tersebut juga didukung oleh kultur agraris masyarakat setempat dan didukung oleh idiologi masyarakat dengan pencak silat sebagai budaya kejawen yang sangat familiar dengan kehidupan sehari-hari. Kasus-kasus konflik pesilat di Madiun tidak terlepas dari rasa persaudaraan yang kuat diantara pesilat di Madiun pada perguruan dari ke dua perguruan silat. Dalam penelitian ini kajian teori menggunakan Teori Dinamika Konflik Shimon Fisher, yang membagi konflik dalam 3 tahap yakni, Pra Konflik, Konfrontasi, Krisis, Pasca Konflik. Hasil penelitiannya, konflik yang terjadi separah apapun dapat dipecahkan melalui solusi konflik dengan musyawarah, silaturahmi bersama lepas ego-ego masing demi hidup, damai, sejuk.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Additional Information (ID): | FISIP201601-8.pdf |
Uncontrolled Keywords: | Konflik, Pesilat, Persaudaraan dan Simbol-simbol perguruan, kekerasan. |
Subjects: | 300 Social Science > 300-309 Sociology and Anthropology (Sosiologi dan Antropologi) > 301 Sociology and Anthropology, Human, Society (Sosiologi dan Antropologi, Manusia, Masyarakat) 300 Social Science > 300-309 Sociology and Anthropology (Sosiologi dan Antropologi) > 302.5 Relations of Individual to Society (Hubungan antara Individu dan Masyarakat) 300 Social Science > 300-309 Sociology and Anthropology (Sosiologi dan Antropologi) > 303.6 Conflict Social (Konflik Sosial) |
Divisions: | Prosiding Seminar UT > Seminar Nasional FHISIP-UT 2016 |
Depositing User: | CR Cherrie Rachman |
Date Deposited: | 14 Feb 2019 07:04 |
Last Modified: | 14 Feb 2019 07:04 |
URI: | http://repository.ut.ac.id/id/eprint/7989 |
Actions (login required)
View Item |