Husein, Ali mohammad (1984) Pengaruh Program Dan Frekuensi Pengajaran Olahraga Pendidikan Terhadap Tingkat Daya Fisik Murid Sekolah Dasar :Suatu Studi Eksperimental. Doctoral thesis, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta.
|
Text
40038.pdf - Submitted Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (13MB) | Preview |
Abstract
Dalam masa pembangunan nasional yang bersifat menyeluruh, mencakup segala aspek, yang tengah dileksanakan oleh bangsa Indonesia pada waktu ini, masalah daya fisik kiranya merupakan hal yang relevan dan perlu untuk diteliti. Jika daya fisik dengan tingkat yang baik dan tinggi telah dimiliki sejak usia anak anak, maka mereka akan menjadi pemuda angkatan kerja yang produktif dan tangguh. Salah satu tujuan penting dari penyelenggaraan olahraga pendldikan di sekoleh dasar, menurut Kurikulum 1975 untuk sekolah dasar, adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan daya fisik (physical fitness). Oleh karena itu hasil belajar berupa daya fisik itu perlu diketahui. Program bidang studi olahraga pendidikan dalam Kurikulum 1975 itu menawarkan kegiatan sangat luas dan sangat banyak regamnya. Guru yang mengasuh pelajaran olahraga pendidikan di sekolah dasar pada tahun ajaran 1979-1980 tercatat hanya sekitar 3.000 orang yang berlatar belakang pendidikan guru olahraga, dibandingkan dengan sekitar 98.000 unit sekolah dasar, yang tersebar di segenap pelosok tanah air tercinta: Indonesia. Kurikulum 1975 itu membenarkan guru memilih sendiri bentuk kegiatannya dalam rnengajar olahraga pendidikan itu, tetapi pilihan itu diambil dari program Kurikulum 1975 yang luas dan angka regam itu. Pengaruh pelaksanaan kegiatan pilihan guru itu perlu diketahui. Alokasi waktu yang tersedia untuk pelaksanaan kegiatan belajar olahraga pendidkan itu, menurut Kurikulum 1975 untuk sekolah dasar telah ditetapkan sebanyak 3 x 40 menit per minggunya bagi murid kelas III sampai dengan kelan VI. Pada umumnya kesempatan itu tidak dimanfaatkan sebaik baiknya oleh para guru. Hampir semua sekolah dasar menyelenggarakan pelajaran olahraga pendidikan itu hanya sekali per minggu. Sedangkan menurut teori olahraga, frekuensi latihan yang lebih tinggi akan memberi hasil latihan lebih baik. Hasil latihan yang diperoleh melalui pengajaran olahraga pendidikan sekali per minggu dan yang lebih dari sekali per minggu sangat menarik untuk diteliti perbedaannya. Dalam studi eksperimental ini dimanipulasi 3 macam program pengajaran untuk olahraga pendidikan. Program kegiatannya adalah: Program Bebas (menteri dipilih sendiri oleh guru, diambil dari kegiatan yang ditawarkan kurikulum 1975, Program Campuran (guru melaksanakan kegietan mengajar dengan program kombinasi yang dipilih dan disusun olch peneliti berdasarkan materi yang diajarkan Kuriku1um 1975, dan Program khusus (guru melaksanakan kegiatan mengajar dengan program tunggal, yang dipilih dan ditetapkan peneliti dari materi yang ditawarkan Kurikulum 1975, yakni permainan bola basket mini) Dalam penelitian ini juga dimanipulasi 3 macam frekuensi dalam melaksanakan kegiatan belajar olahraga pendidikan dengan program program tersebut, yakni tiga kali per minggu masing-masing selama 40 menit, dua kali per minggu masing masing 60 menit,dan sekali per minggu selema 120 menit. Program program dengan frekuensi ysng berbeda beda itu diterapkan terhadap murid murid putra dan murid murid putri sekolah desar dengan usia maksimum 12 tahun, selama penelitien dilakukan, yakni kira kira 3 bulan. Untuk penelitian ini ditetapkan 7 butir hipotesis penelitian untuk diuji, yaitu: 1. Terdapat perbedaan tingkat hasil belajar murid jika kepada mereka diterapkan 3 macam program kegiatan yang berbeda. Program Khusus hasilnya terbaik, Program Campuran hasilnya sedang, Program Bebas hasilnya terendah. 2. Terdapat perbedaan tlngkat hasil belajar murid jika kepada mereka diterapkan 3 mecam frekuensi kegiatan yang berbeda. Kegiatan 3 kali per minggu hasilnya terbaik, 2 kali per minggu hasilnya sedang, dan sekali per minggu hasilnya terendah. 3. Tnrdapat perbedean tingkat has11 belajar antara murid murid putra dengan murid murid putri dalam kegiaten olahraga pendidikan, yakni murid murid putra hasilnya lebih baik dari murid murid putri. 4. Dalam kegiatan belajar olahraga pendidikan terdspat interaksi antara: faktor program yang diterapkan dengan faktor frekuensi penyajiannya. 5. Dalam kegiatan belajar olahraga pendidikan terdapat interaksi antara : faktor program yang di terapkan dengan faktor jenis kelamin murid. 6 0 Dalam kegiatan belajar olahraga pendidikann terdapat in teraksi antara: faktor frekuensi penyajian dengan faktor jenis kelamin murid. 7. Dalam kegiatan belajar olahraga pendidikan terdapat interaksi antara: faktor faktor proqram vang diterapkan, frekuensi penyajian, dan jenis kelamin murid. Pengujian hipotesa tersebut di lapangan menggunakan tolok ukur standar untuk mengukur daya fisik yang dibakukan oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi Depertemen P dan K, yakni tea ACSPFT, suatu tes rangkaian terdiri atas 7 macam butir tes. Data terkumpul dianalisa dengan metode statistik ANOVA dan tes Duncan' s Multiple Ranges. Hasil analisisnya diuji pada taraf kepercayaan 95% (.:0,05). Setelah data terkumpul dianalisa dan hasil analise itu diinterpretasikan, maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. 1. Hasil belajar murid dengan Program Khusus adalah yang paling baik, dengan Program Campuran adalah sedang, dan der.gan Program Bebee adalah terendah. 2. Hasil belajar murid dengan frekuensi belajar 3 kali per minggu adalah yang paling baik, dengan frekuensi 2 kali per minggu adalah sedang, dan dengan frekuensi aekali per minggu adaleh terendah. 3. Dalam keyiatan belajar olahraga pendidikan hasil belajer murid murid putre lebih baik dari murid murid putri. 4. Dalam kegiatan belajar olahraga pendidikan terdapat interaksi antara: faktor program yang diterapkan dengan faktor frekuensi penyajiannya. 5. Dalam kegiatan belajar olahraga pendidikan tidak terdapat interaksi antara: faktor program yang diterapksn dengan faktor jenis kelamin murid. 6. Dalam kegiatan belajar olahraga pendidikan tidak terdapat interaksi antara: faktor frekuensi penyajian dengan faktor jenis kelamin murid. 7. Dalam keyiatan belajar olahraga pendidikan tidak terdapat interaksi antara: faktor faktor program yang diterapkan dengan frekuensi penyajian dan dengan jenis kelarnin murid. Implikasi dari penernuan itu, dengan rnengingat kondisi fasilitas belajar di sekolah sekolah dasar yang ada oada mesa sekarang,dan untuk menunjang pembangunan nasional, khususnya dalam menyiapkan tenaga kerja yang sehat dan kuat jasmaninya, dan terampil, adalah bahwa untuk murid sekolah dasar kegiatan belajar olahraga pendidikan itu perlu dilaksanakan 3 kali perminggu masing masing selama 40 menit dengan kegiatan tunggal permainan beregu Bola Basket Mini, yang sesuai bagi murid murid sekolah dasar putra maupun putri.
Item Type: | Thesis (Doctoral) |
---|---|
Additional Information (ID): | 40038.pdf |
Subjects: | 300 Social Science > 370-379 Education (Pendidikan) > 370 Education (Pendidikan) 300 Social Science > 370-379 Education (Pendidikan) > 371.1 Teachers and Teaching (Guru, Tenaga Pendidik, Tenaga Pengajar) 300 Social Science > 370-379 Education (Pendidikan) > 371.102 Teaching (Pendidikan, Pengajaran) 300 Social Science > 370-379 Education (Pendidikan) > 372.2 Elementary School (Sekolah Dasar, SD) |
Divisions: | Thesis,Disertasi & Penelitian > Disertasi |
Depositing User: | admin upload repo |
Date Deposited: | 23 Jan 2017 04:29 |
Last Modified: | 23 Jan 2017 04:29 |
URI: | http://repository.ut.ac.id/id/eprint/6324 |
Actions (login required)
View Item |